Selasa, 15 Januari 2013

MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN



A.      Media dan Multimedia
Menurut Azhar Arsyad (2000:3) kata media berasal dari bahasa latin ‘medius’ yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Sedangkan menurut Gerlach & Ely (1971 dalam Arsyad, 2000:3), media jika dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photographic, atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Selanjutnya Gerlach & Ely (1971 dalam Arsyad, 2000:11) mengemukakan 3 ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang efisien) melakukannya. Ciri pertama adalah Fiksatif, menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan dan merekonstruksikan suatu peristiwa atau objek. Ciri kedua adalah Manipulatif, yaitu kemampuan mempersingkat suatu kejadian yang sebenarnya jauh lebih panjang. Ciri ketiga adalah Distributif, yaitu memungkinkannya suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian tersebut.
Media dalam pendidikan dapat ditinjau dari beberapa variasi model dasar bentuk audio maupun visual. Bentuk-bentuk dasar ini antara lain:
Ø Grafis (terdiri dari: gambar/foto, sketsa, diagram, bagan/chart, grafik, kartun, poster, peta dan globe, papan flannel, papan bulletin)
Ø Media Proyeksi Diam (terdiri dari: film bingkai, film rangkai, media transparansi, proyeksi tak tembus pandang, mikrofis, film, film gelang, televise, video, permainan dan simulasi)
Ø Media Audio (terdiri dari: radio, alat perekam pita magnetic dan laboratorium bahasa), (Sadiman dkk., 2002:27-80).

Berdasarkan berbagai penggalian beragam kombinasi dari media ini dan bagaimana kombinasinya bisa digunakan untuk tujuan pembelajaran menghasilkan suatu Sistem Multimedia (multimedia systems). Konsep Multimedia mengikutsertakan lebih dari sekedar penggunaan media ganda untuk tujuan pembelajaran yang diberikan. Konsep ini menyangkut perpaduan masing-masing media dan format media ke dalam suatu bentuk presentasi terstruktur dan sistematik. Masing-masing media pembelajaran dalam suatu sistem multimedia dirancang untuk melengkapi yang lainnya sehingga secara ideal keseluruhan sistem multimedia menjadi lebih besar ketimbang menjumlahkan bagian-bagiannya (Heinich, 1982:172).
Dalam dunia media dikenal istilah hypertext, hypermedia dan multimedia. Denise Tolhurst (dalam Hackbart, 1996: 228) memberikan perbedaan ketiga istilah tersebut. Bentuk hypermedia digunakan mengacu pada tiap sistem berbasis computer yang memungkinkan hubungan interaktif dan dari sini perambatan informasi nonlinear yang ditunjukkan dalam bentuk ganda yang menyangkut teks, grafik diam atau bergerak, potongan film, suara, dan music. Hypertext ditinjau sebagai informasi yang ditata secara nonlinear dan diakses dalam bentuk tekstual termasuk diagram, tabel dan gambar. Sedangkan multimedia memberi kesan sebagai pengertian penggunaan format media secara ganda untuk presentasi informasi. Saat dipresentasikan dengan sistem komputer, kenyataannya multimedia bisa melengkapi bentuk hypermedia dan hypertext, jika ia menyangkut hubungan interaktif nonlinear, maka multimedia tidak perlu mengikutsertakan penggunaan komputer.
Selanjutnya Steven Hackbarth (1996:228) menyatakan bahwa multimedia merupakan bentuk yang lebih umum, cakupan yang besar atas keduanya (hypermedia & hypertext) termasuk bentuk tulisan saja dalam hypertext. Program multimedia telah dipuji untuk fleksibilitas, berpapasan langsung, kaya muatan, dan interaktif untuk mempertemu- kan kebutuhan-kebutuhan para individu. Fleksibilitas menyinggung seleksi bijak dari judul yang membungkus semua mata pelajaran. Aspek lainnya adalah variasi arti berdasarkan informasi yang diinginkan bisa ditempatkan berdasarkan icon, menu, dan pencarian berdasarkan kata. Keistimewaan berpapasan langsung dari multimedia beberapa respek perwajahan melalui buku ajar. Kaya muatan dimaksudkan secara maya dapat dimasukkan bentuk-bentuk yang dapat didengar maupun dilihat ke dalam disk (cakram, seperti disket, CD) sehingga dapat disimpan dengan aman dan efisien. Interaktif di dalam kelas mengimplementasikan adanya kolaborasi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Di sini guru dan siswa mencapai kesepakatan terhadap tujuan, aspirasi, kemampuan, aktivitas dan evaluasi.
Saat ini multimedia (Holzinger, 2001), agak berlainan dengan yang dipakai oleh para pengajar era terdahulu, yakni mengacu pada hal yang terkait dengan Information and Communication Technology (ICT), mencakup audio (speech, sounds, music,…), video (text, graphic, pictures, animations, movies,…), dan interactivity (via keybord, mouse,…).
Sementara Bridglan (1998), menyebutkan bahwa multimedia memerlukan dua komponen utama. Pertama, PC multimedia yang mampu menangani berbagai format informasi termasuk video (animasi, grafik, gambar mati, atau pun yang bergerak), audio (music, efek suara)
 dan proses pembicaraan (deteksi pembicara, pengubah teks ke pembicaraan). Kedua, cara distribusi yang mampu memadukan berbagai tipe data yang berbeda dan menyajikannya dalam satu tampilan secara jarak jauh.
Robert Heinich (1982:172) menyatakan bahwa kegunaan sistem multimedia dalam kelas dan pusat pelatihan telah menerima dorongan yang amat kuat dari kecenderungan umum ke arah individualisasi pembelajaran dan dorongan aktif partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Sistem-sistem multimedia menggunakan beragam indra dan kemudian pembelajaran sebagaimana ia terjadi di dunia nyata di luar ruangan kelas. Belajar di dunia nyata benar-benar pembelajaran multimedia dan multisensori. Manusia belajar tetap melalui seluruh indera dan melalui banyak rangsangan, seperti  Koran, buku, radio, TV, gambar dan lainnya. Umumnya sistem-sistem multimedia yang biasa dipakai di kelas adalah: kombinasi slide-gambar, sistem multi image, pemrograman gerak bervariasi, video interaktif, perangkat multimedia dan pusat belajar.
Multimedia merupakan kombinasi dari teks, grafik, animasi, suara dan video. Perpaduan beberapa media sebelumnya dilakukan secara manual, misalnya slide projector dan tape. Azhar Arsyad (2000:169) menyatakan bahwa saat ini perpaduan media ini telah ditekankan pada kendali computer sebagai penggerak keseluruhan gabungan media tersebut. Dengan demikian arti multimedia yang umumnya dikenal dewasa ini adalah bermacam kombibasi grafik, teks, suara video dan animasi. Penggabungan ini merupakan suatu kesatuan yang secara  bersama-sama menampilkan informasi, pesan dan isi pelajaran.
Konsep penggabungan ini dengan sendirinya memerlukan beberapa jenis peralatan perangkat keras yang masing-masing tetap menjalankan fungsi utamanya sebagaimana biasanya, dan komputer merupakan pengendali seluruh peralatan tersebut. Jenis peralatan tersebut antara lain: computer, video kamera, video cassette recorder (VCR), overhead projector (OHP), multivision, CD player, compact disk (CD). CD player yang dulunya merupakan peralatan tambahan computer, sekarang telah menjadi bagian unit komputer tertentu. Kesemua peralatan ini haruslah kompak dan bekerja sama dalam menyampaikan informasi kepada pemakainya (Arsyad, 2000: 169).
Walaupun multimedia berbasis computer beberapa tahun yang lalu masih terasa mahal, namun sebagaimana umumnya perangkat elektronik, dalam beberapa tahun ke depan penggunaan perangkat ini akan semakin murah dan dapat terjangkau sehingga dapat digunakan secara meluas di berbagai jenjang sekolah. Para guru perlu menyadari cepatnya perkembangan ICT, misalnya kalau dahulu suatu berita atau kejadian di tempat yang jauh baru akan sampi ke khalayak dalam waktu relatif lebih lama, sejak satu dasa warsa yang lalu di seluruh pelosok dunia dapat melihat apa yang terjadi di tempat lain dalam waktu yang relatif sama. Perkembangan ICT inilah yang harus diterima oleh para pengajar dan tenaga kependidikan sebagai tantangan dalam menjembatani antara kebutuhan guru dan informasi yang diperlukan oleh para siswa.

B.       Komputer sebagai Media Pembelajaran
Komputer memberikan beberapa kelebihan untuk produksi media audio visual. Komputer dapat menghasilkan grafik dan peta yang memiliki ketepatan statistik untuk bermacam-macam media visual. Menurut Ronald H. Anderson (1994:194), investasi dalam sistem produksi berdasarkan komputer memerlukan analisis dan pemikiran serius. Hal ini karena kebanyakan sistem kualitas masih sangat mahal dan peralatan yang cepat ketinggalan (karena teknologi cepat berubah) menimbulkan masalah serius.
Belakangan ini komputer semakin banyak diperhatikan karena kemampuannya untuk digunakan dalam proses pembelajaran dengan kecepatan penguasaan materi yang dapat diatur sendiri oleh pemakainya. Karena komputer lebih cocok untuk pembelajaran individual, pengembangannya sebagai instruksional sangat dipengaruhi oleh kemajuan pembelajaran terprogram. Sebagai suatu sistem penyampaian, komputer dipertimbangkan karena mampu melengkapi para siswa dengan: model, drill, latihan, alat referensi, sistem dan lingkungan simulasi, tes dan perhitungan yang kompleks. Sebagai alat manajemen komputer digunakan karena mampu melengkapi para petugas instruksional dengan bantuan kegiatan administrasi untuk pengumpulan, penyimpanan dan laporan mengenai siswa dan hasil pembelajaran, pengadministrasian tes dan analisis sejumlah besar data (Anderson, 1994: 194-195).
Azhar Arsyad (2000:31) memberikan ciri-ciri media berbasis komputer ini, antara lain:
q  Dapat digunakan secara acak, non sekuensial, dapat digunakan berdasarkan keinginan siswa atau berdasarkan keinginan perancang/pengembang sebagaimana direncanakannya
q  Gagasan-gagasan yang disajikan dalam gaya abstrak dengan kata, symbol dan grafik
q  Memenuhi prinsip-prinsip ilmu kognitif untuk pengembangannya.
q  Pembelajaran berorientasi siswa dan melibatkan interaktivitas yang tinggi

Di sisi lain Anderson (1994:195-196) menyatakan beberapa persoalan yang mengganggu pengelola pengajaran dengan bantuan komputer, antara lain:
v  Perangkat keras dan lunaknya yang mahal dan cepat ketinggalan.
v  Petunjuk administrasi yang dites dalam waktu singkat, apakah programmer yang menjadi perancang instruksional atau sebaliknya.
v  Kepustakaan yang berkaitan sering ditulis berdasarkan ilmu komputer dan membingungkan perancang instruksional.
v  Banyaknya akronim hanya dipahami oleh beberapa orang yang mengerti tentang komputer padahal dimaksudkan untuk merujuk pada suatu program aplikasi komputer.

C.      Pemanfaatan Perangkat Multimedia dalam Pembelajaran
Walaupun banyak kendala dalam menggunakan komputer sebagai alat bantu pembelajaran, namun usaha secara perlahan untuk menutupi kelemahan tersebut tetap menjadikan penggunaan komputer tidak bisa diabaikan. Sejalan dengan kelemahan yang ditutupi tersebut, kemampuan-kemampuan baru dan efek sinergis penggunaan komputer semakin terasakan manfaatnya.
Komputer pada akhir-akhir ini tidak terlepas dari perangkat multimedia yang telah dirakit di dalamnya. Hanya beberapa perangkat keras (hardware) seperti loudspeaker yang tidak dibuat dalam bentuk build-in. Dengan ditemukannya Compact Disk (CD) yang dapat disaksikan materi sajian lewat Video Compact Disk (VCD), hasil perpaduan tampilan gambar dan suara secara digital semakin baik. Perkembangan yang sejalan dengan teknologi laser ini telah memungkinkan semua hasil rekaman dalam bentuk CD yang isinya dapat dilihat dengan menggunakan CD-ROM yang diinstal pada komputer.
Pada awalnya penggunaan perangkat multimedia berbasis komputer ini dikenal dengan nama CAI (Computer Assisted Instruction) dan CMI (Computer Managed Instruction). Menurut Ronald H. Anderson (1994:197), secara luas CAI ialah penggunaan komputer secara langsung terhadap siswa untuk menyampaikan isi pelajaran, memberikan latihan-latihan dan menguji kemampuan belajar siswa. Karena keluwesan dan kemampuan suatu komputer untuk memberikan pembelajaran yang bervariasi, maka komputer dapat dianggap sebagai peranan seorang tutor yang “sabar” tanpa batas. Komputer dapat juga digunakan untuk mengontrol media lain dan memberikan siswa bahan referensi yang diperlukan, bantuan penampilan dan pelayanan administrasi dan mensimulasikan fasilitas lingkungan dan laboratorium.
CAI (Computer Assisted Instruction) dapat beragam bentuknya, ini bergantung pada kecakapan pengembang instruksional dan kemampuan komputer yang berbeda-beda. Beberapa sistem juga menggunakan media lain seperti film bingkai. Video tape atau piringan, dan film untuk memberi siswa bermacam-macam stimuli, yang memungkinkan lebih banyak keluwesan dalam metode mengajar dan kurikulum. Komputer juga digunakan untuk mengontrol kondisi belajar yang sangat memerlukan simulasi seperti menerbangkan dan mendaratkan pesawat terbang atau barisan kapal dalam kondisi yang beragam tanpa mengancam jiwa dan peralatan yang mahal (Anderson, 1994:197-198).
CMI (Computer Managed Instruction) pada mulanya memasuki bidang pembelajaran/instruksional sebagai alat untuk membantu para pengajar mengerjakan fungsi administrasi yang meningkat. Karena minat terhadap belajar mandiri semakin tumbuh maka demikian pula tuntutan akan waktu dan usaha untuk mencatat nilai, menyimpan catatan pribadi dan membuat ringkasan mengenai prestasi siswa dan kelas. Fungsi ini sering ditambahkan pada sistem komputer yang ada dan digunakan untuk kegiatan administratif seperti pencatatan bayaran, kwitansi dan ringkasan laporan. Penggemar dan biaya untuk CMI lebih sedikit ketimbang CAI sehingga perhatian terhadap keberhasilan dan kegagalannya lebih sedikit pula. Secara umum CMI tumbuh dengan lambat, namun tetap berada di latar belakangnya dan sering pula dianggap sebagai pendukung belaka bagi CAI.

D.      Beberapa Aspek dalam Pembelajaran dengan Multimedia
Salah satu perangkat multimedia adalah video kamera, saat ini telah tersedia handycam dengan ukuran yang praktis. Dengan perangkat ini dapat direkam kegiatan audiovisual ke dalam cassette rekaman VHS. Selanjutnya hasil rekaman diputar pada video tape recorder sehingga dapat dilihat di layar televisi (TV).
Saat ini dengan ditemukannya VCD (video compact disk), hasil rekaman gambar, suara dan grafis yang dimuat dalam CD dapat dilihat dengan jelas dan lebih mudah penggunaannya. Selain itu, dengan teknologi komputer saat ini, rekaman dalam cassette VHS dapat pula ditransfer ke dalam CD sehingga hasil rekaman dapat dilihat dengan menggunakan CD-ROM dan VCD. Untuk penggandaan CD ini telah mudah dilakukan dengan adanya CD Writer, dengan demikian perangkat multimedia semakin mudah didapatkan dan murah harganya.
Semakin berkembangnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (Information and Communication Technology-ICT), perhatian terhadap media pembelajaran semakin meningkat frekuensinya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai macam software yang telah tersedia di pasaran dalam bentuk pelajaran dan permainan, bahkan sebagian berisi pembelajaran mandiri bagi para siswa. Azhar Arsyad (2000: 31) menyatakan dengan perangkat multimedia berbasis komputer ini, ada beberapa aspek-aspek praktis yang dapat diperoleh, hal ini dikenal dengan istilah Computer Assisted Institution (CAI). Aplikasi pengajaran dengan berbantuan komputer ini meliputi:
v  Tutorial, yaitu penyajian materi ajar secara bertahap
v  Drills and Practice, yaitu latihan untuk membantu siswa menguasai materi yang telah dipelajari sebelumnya
v  Games and Simulations, yaitu latihan mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang baru dipelajari
v  Data Base, yaitu sumber yang dapat membantu siswa menambah informasi dan pengetahuannya sesuai dengan keinginannya masing-masing.

Perangkat multimedia berbasis komputer merupakan teknologi gabungan untuk menghasilkan dan menyampaikan materi yang menggabungkan pemakaian beberapa bentuk media yang dikendalikan oleh komputer. Perpaduan beberapa jenis teknologi ini dianggap teknologi yang paling canggih jika dikendalikan oleh komputer yang memiliki kemampuan hebat seperti jumlah memori (random access memory-RAM) yang besar, harddisk yang besar, dan monitor yang beresolusi tinggi ditambah dengan peripheral (perangkat tambahan audio dan visual) yang terpadu dalam satu jaringan (Arsyad, 2000:32).
Selain pemanfaatan dalam pembelajaran siswa, penggunaan perangkat multimedia dapat digunakan untuk mendukung proses pembelajaran, misalnya:
·         Komputerisasi administrasi dan tata usaha
Hal ini dapat dilakukan untuk pendaftaran siswa baru, meranking nilai calon siswa sampai pembayaran SPP dan catatan prestasi dan pelanggaran yang dilakukan siswa. Bagi guru dapat membuat raport sementara dan meranking nilai siswa secara otomatis. Bagi Kepala Sekolah dapat melakukan supervisi secara detail tentang program kerja yang direncanakan dan kemudahan lainnya.
·         Produksi multimedia oleh pengembang instruksional/guru
Guru dapat membuat sendiri program yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, hal ini dapat dilakukan misalnya dengan menggunakan program Visual Basic yang mampu memberi animasi, suara dan bentuk grafis lain kepada siswa. Hasil yang telah dibuat dimasukkan, dimuat dalam disket atau CD, sehingga siswa dapat menyaksikan dan belajar mandiri di depan komputer.
Pemanfaatan perangkat multimedia dalam pembelajaran bukan berarti semakin berkurangnya peranan guru atau tergesernya fungsi guru. Sebaliknya kegiatan pembelajaran oleh perancang/guru lebih terfokus pada perancangan pembelajaran yang dilakukannya. Dengan demikian fungsi fasilitator, evaluator dan supervisor bagi guru semakin nyata diimplementasikan.
·         Promosi, Evaluasi dan Supervisi melalui akses jaringan internet
Bila suatu lembaga pendidikan telah memiliki perangkat multimedia yang cukup dan memiliki Home Page di Internet, maka untuk promosi kegiatan, keunggulan, jumlah siswa, guru, fasilitas yang tersedia dapat diakses melalui jaringan Internet. Akses ini dapat dilakukan dimana dan kapan saja. Sebagai contoh kecil, seorang orangtua siswa akan dapat mengetahui kondisi pembelajaran anaknya walaupun terpisah jauh, misalnya mengetahui pembayaran administrasi sekolah oleh anaknya, pelanggaran yang dilakukannya serta prestasi lainnya. Selanjutnya di tingkat kelembagaan yang lebih tinggi, pelaporan data administrasi sekolah akan semakin mudah serta semakin efisien dan efektif.

Ditinjau dari aspek tenaga kependidikan/guru, pemanfaatan multimedia dalam pembelajaran pada gilirannya akan mempermudah kegiatan guru, mengefisienkan kerja dan menghemat waktu, dapat digunakan berulang untuk tahun berikutnya, mudah dibawa kemana-mana, meningkatkan daya kreasi pengembang instruksional/guru, serta mempermudah objektivitas dan evaluasi hasil pembelajaran siswa.
Ditinjau dari aspek siswa, daya kreativitasnya akan semakin berkembang, terwujud kebebasan dalam memilih media dan cara yang tepat mempersingkat waktu pembelajaran, muncul daya saing dan keingintahuan yang tinggi, kemandirian dalam belajar, peningkatan kemampuan bernalar dan abstrak serta pemberian contoh yang lebih konkret dengan adanya animasi dan suara.
Pembahasan di atas menjadi sinkron dengan hasil penelitian Najjar (1996) melalui studi empirisnya bahwa multimedia menolong dalam kegiatan belajar mengajar. Najjar mengawali pengamatannya dengan membandingkan antara penyajian informasi dalam kelas tradisional dengan penyajian informasi menggunakan multimedia. Dari sekitar 200 kasus diperoleh bahwa proses belajar lebih aktif melalui multimedia dibanding dengan pelajaran yang diberikan secara kelas tradisional, selain itu dibuktikan bahwa proses melalui multimedia memerlukan waktu lebih singkat. Pelaksanaan kelas multimedia memaksa pihak penyelenggara untuk menyiapkan dan mengorganisasikan materi belajar secara lebih baik dan cermat, disamping interaktivitas lebih tinggi antara pelajar, sistem pembelajaran dan materi ajar.
Selain itu, masih banyak keuntungan dari pembelajaran berbasis multimedia ini bagi pelajar, antara lain adalah: pertama, para pelajar dapat mengatur kecepatan belajarnya secara mandiri sesuai dengan daya serap masing-masing. Kedua, Informasi yang disajikan melalui multimedia dapat lebih spesifik dan merangsang proses belajar. Ketiga, pembelajaran dengan multimedia akan sangat efektif apabila memungkinkan penampilan informasi dalam dua saluran (media) sehingga kedua saluran tersebut dapat saling mendukung, dipakai untuk pelajar dengan tingkat kemampuan rendah (Najjar: 1996).
Dengan demikian multimedia dapat juga memberi alternatif bagi perancang materi belajar memilih jenis media yang paling efektif.

E.       Hambatan-hambatan Pembelajaran dengan Perangkat Multimedia
Pembelajaran dengan menggunakan perangkat multimedia pada dasarnya berupaya mewujudkan masyarakat berpengetahuan yang dilakukan dengan pendekatan aplikasi teknologi informasi dan telekomunikasi. Saat ini penggunaan perangkat multimedia telah melahirkan e-learning, e-book, cyber education, virtual university yang semuanya berbasis komputer. Untuk mewujudkan pembelajaran dengan perangkat multimedia, saat ini ada beberapa hambatan yang sangat penting untuk diperhatikan dan diselesaikan, antara lain:
q Minimnya alokasi dana untuk dunia pendidikan
q Sedikitnya infrastruktur yang tersedia sebagai sarana menuju era informasi oleh pemerintah
q Sebagian besar kemampuan pengadaan sarana hanya dapat dilakukan oleh institusi-institusi swasta
q Sedikitnya proyek-proyek pendidikan yang berkaitan dengan pengembangan pembelajaran dengan perangkat multimedia
q Kesiapan SDM kependidikan yang masih minim di bidang teknologi komunikasi dan informasi
q Tidak sebandingnya tuntutan pekerjaan terhadap imbalan yang diterima
q Krisis yang berkepanjangan di Indonesia (ekonomi, politik, keamanan dan lainnya)
q Keikutsertaan, kesadaran dan kepedulian masyarakat yang masih jauh terhadap pengembangan dunia pendidikan.

Tanpa mengabaikan hambatan-hambatan di atas, solusi awal yang mungkin dapat diterapkan adalah sebagaimana yang dinyatakan Indra Djati Sidi (2001), bahwa hal penting yang tidak bisa dilewatkan dalam mewujudkan masyarakat berpengetahuan ini antara lain adalah terobosan pemikiran tentang pendidikan itu sendiri, dalam hal ini perlu mengkaji ulang sistem Pendidikan Nasional apabila bertentangan dengan era yang dialami sekarang (paradigma masyarakat informasi), perlunya otonomi (sistem dan pengolahan) pendidikan, citra dan fungsi pendidikan (tidak dapat digantikan dengan media) dan penataan materi ajar dalam kurikulum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar