Selasa, 15 Januari 2013

KONSEP DASAR MANAJEMEN SISTEM KEPELATIHAN



A.      Pengertian Manajemen Sistem Kepelatihan
Agar dapat memahami arti dari manajemen sistem kepelatihan terlebih dahulu harus melihat makna yang terkandung dala kata perkata. Baru kemudian dapat di lihat makna nya secara keseluruhan. Untuk itu akan di tinjau dari kata pelatihan, sistem dan manajemen.
Kata pelatihan berasal dari kata: “latih“ yang di tambah dengan awalan ke-, pe, dan akhiran –an yang artinya telah biasa (Poerwadarminta, 1986). Keadaan telah biasa diperoleh seseorang setelah melalui proses belajar atau diajar. Latihan berarti pelajaran untuk membiasakan diri atau memperoleh kecakapan tertentu. Pelatihan adalah orang-orang yang memberikan latihan. Kata pelatihan di tambah awalan ke- dan akhiran -an. Bermakana pemberian sifat pada kegiatan pemberian latihan kepada seseorang atau sekelompok orang sehingga memiliki sejumlah keterampilan/kecakapan yang dibutuhkan. Atau dalam istilah lain: training as satisfactrily the work requird of him in his present job”. (Kenny, 1983)
Kata sistem mengandung arti sekelompok bagian yang bekerja bersama-sama untuk melakukan sesuatu maksud (Poerwadarminta, 1986) sementara pelatihan ini mengatakan bahwa “a sistem is organized or complex whole, an assemblage or combination of things or parts porming or complex or unitary whole”. (jhonson, 1973). Dari dua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah sistem terdapat sub-sub sistem atau komponen-komponen yang antara satu dengan yang lainya saling berinteraksi/berkaitan dalam pencapaian suatau tujuan kegiatan pelatihan melibatkan sejumlah unsur/komponen yang terdiri dari penyelenggara, instruktur, peserta, program pelatihan itu sendiri dan fasilitas pendukung lainnya yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan pelatihan secara optimal .jika sesuatu unsur kurang berfungsi dengan baik dapat mempengaruhi kelancaran dalam proses itu sendiri.
Kata manajemen yang berarti mengurus, mengantar, melaksanakan, mengelolah. Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa manajemen sebagai “seni untuk menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain“. (marry parker follet dalam Handoko, 1992). “dan kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain”. ( Siagian, 1994). Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan kegiatan pengelolaaan seluruh sumber daya yang dimiliki untuk memperoleh pencapaian tujuan yang optimal.
Jika diharapkan kegiatan pelatihan dapat menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat didalamnya, maka ia harus dikelolah/dimanajemen dengan baik mulai dari adanya kegiatan. Identifikasi kebutuhan, perancangan/pembuatan program, pengorganisasian pelaksanaan, dan evaluasi pelatihan itu sendiri secara sistematis.

B.       Batasan Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan merupakan upaya untuk pengembangan sumber daya manusia, terutama untuk pengembangan aspek kemampuan intelektual dan kepribadian manusia. Penggunaan istilah pendididkan dan pelatihan dalam suatu institusi sering dijadikan satu menjadi diklat (pendidikan dan pelatihan). Namun diantara keduanya mengandung perbedaan dalam beberapa hal.
Pendidikan dalam suatu organisasi yang bersangkutan. Sedangkan pelatihan merupakan bagian dari proses pendidikan yang tujuannya untuk mengingat kemampuan atau keterampilan khusus seseorang atau sekelompok orang.
Perbedaan istilah pendidikan dan pelatihan lebih lanjut dapat pada tabel dibawah ini :
TABEL I
No
Aspek
Pendidikan
Pelatihan
1
Pengembangan kemampuan
Menyeluh (overal)
Mengkhusus (specififiic )
2
Area kemampuan (penekanan)
Kognitif, Afektif, psikomotor.
Psikomotor
3
Jangka waktu
Panjang (long term)
Pendek (short term)
4
Materi
Lebih umum
Lebih khusus
    Adaptasi : Notoadmodjo, 1992, 28

Dari tabel di atas dapat di ketahui bahwa kegiatan pendidikan lebih luas ruang lingkupnya yaitu mencakup kognitif, efektif, dan psikomotor serta dapat berlangsung hayat, metode yang berikan bersifat konvensional dan akhir dari kegiatan seseorang akan mendapatkan gelar. sementara pelatihan lebih memeliki ruang lingkup yang terbatas sesuai dengan tuntutan kebutuhan pada saat sekarang.
Procton dan wilian menggemukakan perbedaan yang lebih rinci lagi dari Notoadmodjo antara pendidikan sekolah dengan pelatihan dengan latihan kerja. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel di bawah ini:
TABEL II
No
Sekolah
Latihan Kerja
1
Kegiatan utama belajar
Kegiatan utama menghasilkan
2
Diarahkan dengan jadwal, kurikulum, dan materi pelajaran secara ketat.
Diarah pada penerapan ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan dan keterampilan.
3
Dilakukan dengan jadwal, kurikulum, dan meteri pelajaran secara singkat.
Jadwal dan materi pelajaran tidak ketat dan tidak berulang-ulang.
4
Pendidikan sekolah di arahkan pada program tertentu yang berlangsug lebih lama.
Kursus dapat di rencanakan lebih beragam dalam waktu yang lebih singkat.
5
Guru-guru disekolah sering menghadapi pertanyaan murid-murid.
Instruktur pada latihan jarang menjumpai pertanyaan dari peserta.
6
Sekolah selalu menuntut disiplin yang keras.
Latihan kerja yang mementingkan disiplin.
7
Sekolah tidak menuntut hasil kerja yang abikkarna lulusanya yang baru siap latih.
Hasil program latihan harus baik, karna tantanganya harus siap pakai.
8
Keberagaman masa lalu tidak begitu di perlukan oleh sekolah.
Keanekaragaman pengaman belajar masa lalu lebih besar pengaruhya dari latihan.
9
Sekolah kurang peduli dengan kesalahan-kesalahan belajar di kelas, seperti konsentrasi.
Banyak kesalahan–kesalahan dalam kelas dibawa dalam praktek latihan.
10
Mempunyai banyak pengalaman dari belajar sekolah.
Terbatas dalam latihan kerja saja.
11
Menekankan pada persingan pribadi.
Sedikit sekali terjadi persaingan pribadi dalam latihan.
    Adaptasi: procton dan wilian, 1983: 10-11

C.      Prinsip-prinsip Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan saat ini sudah merupakan suatu keharusan dilakukan oleh suatu organisasi dan tidak dapat diabaikan, karena hal ini dapat di pandang sebagai penanaman modal (investasi). Pendidikan dan pelatihan yang terencana secara teratur akan dapat  meningkatkan kemampuan dan keteampilan kerja yang sekaligus mengarah kepada peningkatan produktivitas kerja.dalam istilah lain dapat dikatakan bahwah tingkat penghasilan sesorang meningkat  dengan bertambah nya tingkatan pendidikan dan pelatihan (Tjiptoherijanto,1989). oleh karena itu sangat masuk akal bila pendidikan dan pelatihan harus diperhatikan secara serius dengan prinsip-prinsip:
1)      Diklat sebagai Penyempurnaan
Keluaran pendidikan normal pada umumnya  masih dalam keadaan siap latih. Terlebih lagi karena pendidikan di indonesia masih bersifat masal karena sangat mengutamakan pemerataan. Mereka belum siap dan mampu untuk memegang jabatan tertentu. Oleh karena itu sumber daya manusia ini masih harus disempurnakan  dalam satu diklat terprogram.
2)      Diklat sebagai Pelayanan Kemajuan IPTEK
Ledakan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat di hindari lagi. sehingga apa yang di pelajari di bangku sekolah tahun ini mungkin telah berubah dan mesti di perbaiki. (Menurut Chandler.’’ Tiap tahun ilmuan menemukan fakta-fakta baru dan menyusun kembali yang lama, sehingga mengubah bahan-bahan pelajaran di semua bidang”(Nurtain,1983:85). Karena pesat nya perkembangan IPTEK itu.maka karyawan suatu organisasi perlu ditingkatkan kemampuanya untuk melayani kemampuan IPTEK.
3)      Diklat sebagai Wahana Promosi
Organisasi selalu ditingkatkan mutu pelayanan nya pada setiap tingkatan jabatan yang ada dalam Organisasi itu. Makin tinggi jabatan,makin dibutuhkan yang makin berkualitas. Menduduki jabatan yang lebib tinggi merupakan promosi bagi karyawan yang bersangkutan. Peningkatan kualitas karyawan, pada umumnya di peroleh melalui pendidikan dan latihan yang direncanakan secara sistematis.
4)      Diklat Sebagai Pemenuh Aspirasi Masyarakat
Untuk mendapatkan pelayanan yang cepat dan tepat sudah sangat mendesak. Masyarakat dalam era  informasi dan komunikasI yang Sangat cepat ini mau membayar lebih mahal asal urusan mereka dapat diselesaikan dengan cepat. Ramainya toko-toko swalayan, semakin tinggi minat masyarakat untuk membuka rekeningnya  melalui ATM merupakan contoh bahwa setiap orang ingin mendapat pelayanan yang dan cepat dan unggul ini hanya mungkin dilayani oleh karyawan yang mampu dan terampil melalui pendidikan dan pelatihan
5)      Diklat sebagai Pemasuk Ide Inovatif
Agaknya mustahil pembaharuan dilaksanakan dalam kegiatan rutin. biasanya kegiatan rutin menimbulkan kejenuhan yang menghalangi kemajuan lembaga atau organisasi. oleh karena itu di perlukan penyegaran berupa ide inovatif yang sering diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan
6)      Diklat sebagai Pengembang Keterampilan
Tugas-tugas dalam lembaga atau suatu organisasi sering kali memerlukan keterampilan khusus. Oleh karena itu,karyawan yang akan menangani tugas itu harus mendapat kan pendidikan dan latihan khusus pula tanpa pembinaan dan pengembangan keterampilan ini dapat di ramalkan produktifitas karyawan akan menurun.
7)      Diklat sebagai Perantara Pendidikan seumur Hidup
Pendidikan dan pelatihan diperlukan tidak hanya sampai selesai belajar di sekolah dan perguruan tinggi. semua orang memerlukan diklat baik untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk kelompok masyarakat. idealnya,setiap manusia harus selalu berusaha agar dirinya di masa depan akan lebih baik dari pada hari ini.setiap manusia idealnya selalu berikrar, bahwah dalam setiap melakukan pekerjaan masing-masing ia semakin lama akan mahir, makun profesional (Mukhtar Bukhari,1914). Dengan demikian mahir profesionalnya seseorang dapat ditata dalam suatu diklat
8)      Diklat sebagai Pembentukan Etos Kerja Bermutu
Kecenderungan dan semangat kerja karyawan melakukan suatu tugas tidak timbul dengan sendirinya, melainkan perlu dipupuk dan di sempurnakan melalui berbagai kegiatan penyegaran yang di rencanakan secara matang dalam penyegaran secara matang. dalam penyelenggaraan dan pelatihan yang dikoordinasi dengan baik dapat diharapkan etos kerja karyawan dapat meningkat.

D.      Tujuan
Secara umum tujuan program latihan dan pengembangan dalam suatu organisasi adalah untuk menutup”gap” antara kecakapan atau kemampuan karyawan dengan permintaan jabatan dan meningkatkan efesiansi dan aktifitas kerja karyawan dalam mencapai sasaran kerja yang ditetapkan.
Secara khusus tujuan diadakanya program pendidikan dan pelatihan dapat di tinjau dari dua sisi yaitu:oganisasi dan karyawan. dilihat dari sisi dari organisasi tujuan dan pelatihan diantaranya sebagai berilkut:
1)      Peningkat produktifitas kerja organisasi. Hal itu secara umum dapat di capai antara lain karena tidak terjadinya pembrusan,karena kecerrmatan melaksanakan tugas.tumbuh suburnnya kerjasama antara berbagai satuan kerja yang melaksanakan kegiatan yang berada dan bahkan spesialistik.di samping itu, juga meningkatkan tekat mencapai sasaran yang telah di tetapkan serta lancarnya koordinasi sehingga organisasi bergerak sebagai suatu kesatuan yang bulat dan utuh.
2)      Terwujudnya hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan, antara lain karena penyelesaian wewenang,interaksi yang didasarkan  pada sikap dewasa baik secara tiknikal maupun intelektual.demikian juga adanya perasaan juga saling  menghargai dan kesempatan bagi karyawan untuk berfikir dan bertindak secara inovatif.
3)      Terjadinya pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepat, karena melibatkan para pegawai yang bertanggungjawab menyelenggarakan kegiatan-kegiatan operasional dan dan tidak sekedar diperintah manajer.
4)      Meningkatkan semangat kerja seluruh tenaga kerja dalam organisasi, dengan komitmen organisasional yang lebuh tinggi.
5)      Mendorong sikap keterbukaan manajemen melalui penerapan gaya manajerial pardisipatif.
Selanjutnya dari sisi karyawan, tujuan pendidikan dan pelatihan di antaranya adalah:
1)      Membantu para pegawai membuat keputusan lebih baik.
2)      Meningkatkan kemampuan para pekerja menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapinya.
3)      Terjadinya internalisasi dan operasionalisasi faktor-faktor motifasional.
4)      Timbulnya dorongan dalam diri para pekerja untuk terus meningkatkan kemumpuam kerjanya.
5)      Peningkatan kemampuan para pegawai untuk mengatasi stres, frustasi, dan konflek yang pada gilirannya memperbesar rasa percaya diri sendiri.
6)      Tersedianya informasi tentang berbagai program yang dapat di manfaatkan oleh para pegawai masing-masing secara tenikal dan intelektual.
7)      Meningkat kemampuan kerja.
8)      Semakin besarnya pengakuan atas kemampuan seorang.
9)      Semakin besarnya tekad para pekerja untuk lebih mandiri.
Mengurangi ketakutan terhadap tugas-tugas baru dimasa depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar