A.
Pengertian
Manajemen Sistem Kepelatihan
Agar dapat memahami arti dari manajemen sistem
kepelatihan terlebih dahulu harus melihat makna yang terkandung dala kata perkata.
Baru kemudian dapat di lihat makna nya secara keseluruhan. Untuk itu akan di
tinjau dari kata pelatihan, sistem dan manajemen.
Kata pelatihan berasal dari kata: “latih“ yang di
tambah dengan awalan ke-, pe, dan akhiran –an yang artinya telah biasa (Poerwadarminta,
1986). Keadaan telah biasa diperoleh seseorang setelah melalui proses belajar
atau diajar. Latihan berarti pelajaran untuk membiasakan diri atau memperoleh
kecakapan tertentu. Pelatihan adalah orang-orang yang memberikan latihan. Kata pelatihan
di tambah awalan ke- dan akhiran -an. Bermakana pemberian sifat pada kegiatan
pemberian latihan kepada seseorang atau sekelompok orang sehingga memiliki
sejumlah keterampilan/kecakapan yang dibutuhkan. Atau dalam istilah lain:
training as satisfactrily the work requird of him in his present job”. (Kenny,
1983)
Kata sistem mengandung arti sekelompok bagian yang
bekerja bersama-sama untuk melakukan sesuatu maksud (Poerwadarminta, 1986)
sementara pelatihan ini mengatakan bahwa “a sistem is organized or complex
whole, an assemblage or combination of things or parts porming or complex or
unitary whole”. (jhonson, 1973). Dari dua definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa dalam sebuah sistem terdapat sub-sub sistem atau komponen-komponen yang
antara satu dengan yang lainya saling berinteraksi/berkaitan dalam pencapaian
suatau tujuan kegiatan pelatihan melibatkan sejumlah unsur/komponen yang terdiri
dari penyelenggara, instruktur, peserta, program pelatihan itu sendiri dan fasilitas
pendukung lainnya yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan pelatihan secara
optimal .jika sesuatu unsur kurang berfungsi dengan baik dapat mempengaruhi
kelancaran dalam proses itu sendiri.
Kata manajemen yang berarti mengurus, mengantar,
melaksanakan, mengelolah. Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa manajemen
sebagai “seni untuk menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain“. (marry parker
follet dalam Handoko, 1992). “dan kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh
sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang
lain”. ( Siagian, 1994). Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa manajemen merupakan kegiatan pengelolaaan seluruh sumber daya yang dimiliki
untuk memperoleh pencapaian tujuan yang optimal.
Jika diharapkan kegiatan pelatihan dapat menguntungkan
bagi semua pihak yang terlibat didalamnya, maka ia harus dikelolah/dimanajemen
dengan baik mulai dari adanya kegiatan. Identifikasi kebutuhan, perancangan/pembuatan
program, pengorganisasian pelaksanaan, dan evaluasi pelatihan itu sendiri
secara sistematis.
B.
Batasan
Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan merupakan upaya untuk
pengembangan sumber daya manusia, terutama untuk pengembangan aspek kemampuan
intelektual dan kepribadian manusia. Penggunaan istilah pendididkan dan
pelatihan dalam suatu institusi sering dijadikan satu menjadi diklat
(pendidikan dan pelatihan). Namun diantara keduanya mengandung perbedaan dalam
beberapa hal.
Pendidikan dalam suatu organisasi yang bersangkutan.
Sedangkan pelatihan merupakan bagian dari proses pendidikan yang tujuannya
untuk mengingat kemampuan atau keterampilan khusus seseorang atau sekelompok
orang.
Perbedaan istilah pendidikan dan pelatihan lebih
lanjut dapat pada tabel dibawah ini :
TABEL
I
No
|
Aspek
|
Pendidikan
|
Pelatihan
|
1
|
Pengembangan kemampuan
|
Menyeluh (overal)
|
Mengkhusus (specififiic )
|
2
|
Area kemampuan (penekanan)
|
Kognitif, Afektif, psikomotor.
|
Psikomotor
|
3
|
Jangka waktu
|
Panjang
(long term)
|
Pendek (short term)
|
4
|
Materi
|
Lebih umum
|
Lebih khusus
|
Adaptasi : Notoadmodjo, 1992, 28
Dari tabel di atas dapat di ketahui bahwa
kegiatan pendidikan lebih luas ruang lingkupnya yaitu mencakup kognitif,
efektif, dan psikomotor serta dapat berlangsung hayat, metode yang berikan
bersifat konvensional dan akhir dari kegiatan seseorang akan mendapatkan gelar.
sementara pelatihan lebih memeliki ruang lingkup yang terbatas sesuai dengan tuntutan
kebutuhan pada saat sekarang.
Procton dan wilian menggemukakan
perbedaan yang lebih rinci lagi dari Notoadmodjo antara pendidikan sekolah
dengan pelatihan dengan latihan kerja. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada
tabel di bawah ini:
TABEL
II
No
|
Sekolah
|
Latihan
Kerja
|
1
|
Kegiatan utama belajar
|
Kegiatan utama menghasilkan
|
2
|
Diarahkan dengan jadwal, kurikulum,
dan materi pelajaran secara ketat.
|
Diarah pada penerapan ilmu pengetahuan
ilmu pengetahuan dan keterampilan.
|
3
|
Dilakukan dengan jadwal, kurikulum,
dan meteri pelajaran secara singkat.
|
Jadwal dan materi pelajaran tidak
ketat dan tidak berulang-ulang.
|
4
|
Pendidikan sekolah di arahkan pada
program tertentu yang berlangsug lebih lama.
|
Kursus dapat di rencanakan lebih beragam
dalam waktu yang lebih singkat.
|
5
|
Guru-guru disekolah sering menghadapi
pertanyaan murid-murid.
|
Instruktur pada latihan jarang
menjumpai pertanyaan dari peserta.
|
6
|
Sekolah selalu menuntut disiplin yang
keras.
|
Latihan kerja yang mementingkan disiplin.
|
7
|
Sekolah tidak menuntut hasil kerja
yang abikkarna lulusanya yang baru siap latih.
|
Hasil program latihan harus baik,
karna tantanganya harus siap pakai.
|
8
|
Keberagaman masa lalu tidak begitu di
perlukan oleh sekolah.
|
Keanekaragaman pengaman belajar masa
lalu lebih besar pengaruhya dari latihan.
|
9
|
Sekolah kurang peduli dengan kesalahan-kesalahan
belajar di kelas, seperti konsentrasi.
|
Banyak kesalahan–kesalahan dalam kelas
dibawa dalam praktek latihan.
|
10
|
Mempunyai banyak pengalaman dari
belajar sekolah.
|
Terbatas dalam latihan kerja saja.
|
11
|
Menekankan pada persingan pribadi.
|
Sedikit sekali terjadi persaingan
pribadi dalam latihan.
|
Adaptasi: procton dan wilian, 1983: 10-11
C. Prinsip-prinsip
Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan saat ini sudah merupakan
suatu keharusan dilakukan oleh suatu organisasi dan tidak dapat diabaikan,
karena hal ini dapat di pandang sebagai penanaman modal (investasi). Pendidikan
dan pelatihan yang terencana secara teratur akan dapat meningkatkan kemampuan dan keteampilan kerja
yang sekaligus mengarah kepada peningkatan produktivitas kerja.dalam istilah
lain dapat dikatakan bahwah tingkat penghasilan sesorang meningkat dengan bertambah nya tingkatan pendidikan dan
pelatihan (Tjiptoherijanto,1989). oleh karena itu sangat masuk akal bila pendidikan
dan pelatihan harus diperhatikan secara serius dengan prinsip-prinsip:
1) Diklat
sebagai Penyempurnaan
Keluaran pendidikan normal pada umumnya masih dalam keadaan siap latih. Terlebih lagi
karena pendidikan di indonesia masih bersifat masal karena sangat mengutamakan
pemerataan. Mereka belum siap dan mampu untuk memegang jabatan tertentu. Oleh
karena itu sumber daya manusia ini masih harus disempurnakan dalam satu diklat terprogram.
2) Diklat
sebagai Pelayanan Kemajuan IPTEK
Ledakan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat
di hindari lagi. sehingga apa yang di pelajari di bangku sekolah tahun ini
mungkin telah berubah dan mesti di perbaiki. (Menurut Chandler.’’ Tiap tahun
ilmuan menemukan fakta-fakta baru dan menyusun kembali yang lama, sehingga
mengubah bahan-bahan pelajaran di semua bidang”(Nurtain,1983:85). Karena pesat
nya perkembangan IPTEK itu.maka karyawan suatu organisasi perlu ditingkatkan
kemampuanya untuk melayani kemampuan IPTEK.
3) Diklat
sebagai Wahana Promosi
Organisasi selalu ditingkatkan mutu pelayanan nya
pada setiap tingkatan jabatan yang ada dalam Organisasi itu. Makin tinggi
jabatan,makin dibutuhkan yang makin berkualitas. Menduduki jabatan yang lebib
tinggi merupakan promosi bagi karyawan yang bersangkutan. Peningkatan kualitas
karyawan, pada umumnya di peroleh melalui pendidikan dan latihan yang direncanakan
secara sistematis.
4) Diklat
Sebagai Pemenuh Aspirasi Masyarakat
Untuk mendapatkan pelayanan yang cepat dan tepat
sudah sangat mendesak. Masyarakat dalam era
informasi dan komunikasI yang Sangat cepat ini mau membayar lebih mahal
asal urusan mereka dapat diselesaikan dengan cepat. Ramainya toko-toko swalayan,
semakin tinggi minat masyarakat untuk membuka rekeningnya melalui ATM merupakan contoh bahwa setiap
orang ingin mendapat pelayanan yang dan cepat dan unggul ini hanya mungkin
dilayani oleh karyawan yang mampu dan terampil melalui pendidikan dan pelatihan
5) Diklat
sebagai Pemasuk Ide Inovatif
Agaknya mustahil pembaharuan dilaksanakan dalam
kegiatan rutin. biasanya kegiatan rutin menimbulkan kejenuhan yang menghalangi
kemajuan lembaga atau organisasi. oleh karena itu di perlukan penyegaran berupa
ide inovatif yang sering diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan
6) Diklat
sebagai Pengembang Keterampilan
Tugas-tugas dalam lembaga atau suatu organisasi
sering kali memerlukan keterampilan khusus. Oleh karena itu,karyawan yang akan
menangani tugas itu harus mendapat kan pendidikan dan latihan khusus pula tanpa
pembinaan dan pengembangan keterampilan ini dapat di ramalkan produktifitas karyawan
akan menurun.
7) Diklat
sebagai Perantara Pendidikan seumur Hidup
Pendidikan dan pelatihan diperlukan tidak hanya
sampai selesai belajar di sekolah dan perguruan tinggi. semua orang memerlukan
diklat baik untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk kelompok masyarakat.
idealnya,setiap manusia harus selalu berusaha agar dirinya di masa depan akan
lebih baik dari pada hari ini.setiap manusia idealnya selalu berikrar, bahwah
dalam setiap melakukan pekerjaan masing-masing ia semakin lama akan mahir, makun
profesional (Mukhtar Bukhari,1914). Dengan demikian mahir profesionalnya seseorang
dapat ditata dalam suatu diklat
8) Diklat
sebagai Pembentukan Etos Kerja Bermutu
Kecenderungan dan semangat kerja karyawan melakukan
suatu tugas tidak timbul dengan sendirinya, melainkan perlu dipupuk dan di
sempurnakan melalui berbagai kegiatan penyegaran yang di rencanakan secara
matang dalam penyegaran secara matang. dalam penyelenggaraan dan pelatihan yang
dikoordinasi dengan baik dapat diharapkan etos kerja karyawan dapat meningkat.
D. Tujuan
Secara umum tujuan program latihan dan pengembangan
dalam suatu organisasi adalah untuk menutup”gap” antara kecakapan atau
kemampuan karyawan dengan permintaan jabatan dan meningkatkan efesiansi dan
aktifitas kerja karyawan dalam mencapai sasaran kerja yang ditetapkan.
Secara khusus tujuan diadakanya program pendidikan
dan pelatihan dapat di tinjau dari dua sisi yaitu:oganisasi dan karyawan. dilihat
dari sisi dari organisasi tujuan dan pelatihan diantaranya sebagai berilkut:
1) Peningkat
produktifitas kerja organisasi. Hal itu secara umum
dapat di capai antara lain karena tidak terjadinya pembrusan,karena kecerrmatan
melaksanakan tugas.tumbuh suburnnya kerjasama antara berbagai satuan kerja yang
melaksanakan kegiatan yang berada dan bahkan spesialistik.di samping itu, juga
meningkatkan tekat mencapai sasaran yang telah di tetapkan serta lancarnya
koordinasi sehingga organisasi bergerak sebagai suatu kesatuan yang bulat dan utuh.
2)
Terwujudnya hubungan yang serasi
antara atasan dan bawahan, antara lain karena penyelesaian
wewenang,interaksi yang didasarkan pada
sikap dewasa baik secara tiknikal maupun intelektual.demikian juga adanya
perasaan juga saling menghargai dan
kesempatan bagi karyawan untuk berfikir dan bertindak secara inovatif.
3)
Terjadinya pengambilan keputusan
yang lebih cepat dan tepat, karena melibatkan para pegawai
yang bertanggungjawab menyelenggarakan kegiatan-kegiatan operasional dan dan
tidak sekedar diperintah manajer.
4)
Meningkatkan semangat kerja seluruh
tenaga kerja dalam organisasi, dengan komitmen
organisasional yang lebuh tinggi.
5)
Mendorong sikap keterbukaan
manajemen melalui penerapan gaya manajerial pardisipatif.
Selanjutnya
dari sisi karyawan, tujuan pendidikan dan pelatihan di antaranya adalah:
1) Membantu
para pegawai membuat keputusan lebih baik.
2) Meningkatkan
kemampuan para pekerja menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapinya.
3) Terjadinya
internalisasi dan operasionalisasi faktor-faktor motifasional.
4) Timbulnya
dorongan dalam diri para pekerja untuk terus meningkatkan kemumpuam kerjanya.
5) Peningkatan
kemampuan para pegawai untuk mengatasi stres, frustasi, dan konflek yang pada
gilirannya memperbesar rasa percaya diri sendiri.
6) Tersedianya
informasi tentang berbagai program yang dapat di manfaatkan oleh para pegawai
masing-masing secara tenikal dan intelektual.
7) Meningkat
kemampuan kerja.
8) Semakin
besarnya pengakuan atas kemampuan seorang.
9) Semakin
besarnya tekad para pekerja untuk lebih mandiri.
Mengurangi ketakutan
terhadap tugas-tugas baru dimasa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar